Oleh : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain
Pertanyaan : Salah satu masalah
kontraversial di tengah masyarakat adl qunut Shubuh. Sebagian menganggapnya
sebagai amalan sunnah sebagian lain menganggapnya pekerjaan bid’ah.
Bagaimanakah hukum qunut Shubuh sebenarnya ?
Jawab : Dalam
masalah ibadah menetapkan suatu amalan bahwa itu adl disyariatkan {wajib maupun
sunnah} terbatas pada adanya dalil dari Al-Qur’an maupun As-sunnah yg shohih
menjelaskannya. Kalau tidak ada dalil yg benar maka hal itu tergolong membuat
perkara baru dalam agama yg terlarang dalam syariat Islam sebagaimana dalam
hadits Aisyah riwayat Bukhary-Muslim :مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا
لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَد ٌّ. وَ فِيْ رِوَايَةِ مُسْلِمٍ : apa yg sebenarnya
bukan dari perkara maka hal itu adl tertolak .
Dan dalam riwayat Muslim : Siapa
yang berbuat satu amalan yg tidak di atas perkara kami maka ia adl tertolak
.Dan ini hendaknya dijadikan sebagai kaidah pokok oleh tiap muslim dalam
menilai suatu perkara yg disandarkan kepada agama.Setelah mengetahui hal ini
kami akan berusaha menguraikan pendapat-pendapat para ulama dalam masalah
ini.Uraian Pendapat Para UlamaAda tiga pendapat dikalangan para ulama tentang
disyariatkan atau tidaknya qunut Shubuh.Pendapat pertama : Qunut shubuh
disunnahkan secara terus-menerus ini adl pendapat Malik Ibnu Abi Laila Al-Hasan
bin Sholih dan Imam Syafi’iy.Pendapat kedua : Qunut shubuh tidak disyariatkan
krn qunut itu sudah mansukh {terhapus hukumnya}. Ini pendapat Abu Hanifah
Sufyan Ats-Tsaury dan lain-lainnya dari ulama Kufah.Pendapat ketiga : Qunut
pada sholat shubuh tidaklah disyariatkan kecuali pada qunut nazilah maka boleh
dilakukan pada sholat shubuh dan pada sholat-sholat lainnya. Ini adl pendapat
Imam Ahmad Al-Laits bin Sa’d Yahya bin Yahya Al-Laitsy dan ahli fiqh dari para
ulama ahlul hadits.Dalil Pendapat PertamaDalil yg paling kuat yg dipakai oleh
para ulama yg menganggap qunut subuh itu sunnah adalah hadits berikut ini :مَا
زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ
صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا Terus-menerus Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau
meninggalkan dunia .Dikeluarkan oleh ‘Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf 3/110
no.4964 Ahmad 3/162 Ath-Thoh awy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/244 Ibnu Syahin
dalam Nasikhul Hadits Wamansukhih no.220 Al-Ha kim dalam kitab Al-Arba’in
sebagaimana dalam Nashbur Royah 2/132 Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugro
1/273 Al-Baghawy dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no.639 Ad- Daruquthny dalam
Sunannya 2/39 Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 6/129-130 no.2127 Ibnul Jauzy dalam
At-Tahqiq no.689-690 dan dalam Al-’Ilal Al-Mutanahiyah no.753 dan Al-Khatib Al-
Baghdady dalam Mudhih Auwan Al Jama’ wat Tafr iq 2/255 dan dalam kitab Al-Qunut
sebagaimana dalam At-Tahqiq 1/463.Semuanya dari jalan Abu Ja’far Ar-Rozy dari
Ar-Robi’ bin Anas dari Anas bin Malik.Hadits ini dishohihkan oleh Muhammad bin
‘Ali Al-Balkhy dan Al-Hakim sebagaimana dalam Khulashotul Badrul Munir 1/127
dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy.
Namun Imam Ibnu Turkumany dalam
Al-Jauhar An-Naqy berkata : Bagaimana bisa sanadnya menjadi shohih sedang rowi
yg meriwayatkannya dari Ar-Rob i’ bin Anas adl Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar-
Rozy mutakallamun fihi . Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : Laysa bil qowy
{bukan orang yg kuat} . Berkata Abu Zur’ah : Yahimu katsiran . Berkata
Al-Fallas : Sayyi`ul hifzh . Dan berkata Ibnu Hibban : Dia bercerita dari
rowi-rowi yg masyhur hal-hal yg mungkar . Dan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad
jilid I hal.276 setelah menukil suatu keterangan dari gurunya Ibnu Taimiyah
tentang salah satu bentuk hadits mungkar yg diriwayatkan oleh Abu Ja’far
Ar-Rozy beliau berkata : Dan yg dimaksudkan bahwa Abu Ja’far Ar-R ozy adl orang
yang memiliki hadits-hadits yg mungkar sama sekali tidak dipakai berhujjah oleh
seorang pun dari para ahli hadits periwayatan haditsnya yg ia bersendirian
dengannya .Dan bagi siapa yg membaca keterangan para ulama tentang Abu Ja’far
Ar-R ozy ini ia akan melihat bahwa kritikan terhadap Abu Ja’far ini adl Jarh
mufassar {Kritikan yg jelas menerangkan sebab lemahnya seorang rawi}. Maka apa
yg disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam Taqrib-Tahdzib sudah sangat tepat. Beliau
berkata : Shoduqun sayi`ul hifzh khususon ‘anil Mughiroh .Maka Abu Ja’far ini
lemah haditsnya dan hadits qunut subuh yg ia riwayatkan ini adl hadits yang
lemah bahkan hadits yg mungkar.Dihukuminya hadits ini sebagai hadits yg mungkar
krn 2 sebab :Satu : Makna yg ditunjukkan oleh hadits ini bertentangan dgn
hadits shohih yg menunjukkan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam
tidak melakukan qunut kecuali qunut nazilah sebagaimana dalam hadits Anas bin
Malik :أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ
يَقْنُتُ إِلاَّ إِذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ عَلَى قَوْمٍ Sesungguhnya Nabi
shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali bila
beliau berdo’a utk suatu kaum atau berdo’a .
Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah 1/314 no. 620 dan dan Ibnul
Jauzi dalam At-Tahqiq 1/460 dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam
Ash-Shahihah no. 639.Kedua : Adanya perbedaan lafazh dalam riwayat Abu Ja’far
Ar-Rozy ini sehingga menyebabkan adanya perbedaan dalam memetik hukum dari
perbedaan lafazh tersebut dan menunjukkan lemahnya dan tidak tetapnya ia dalam
periwayatan. Kadang ia meriwayatkan dgn lafazh yg disebut di atas dan kadang
meriwayatkan dgn lafazh :أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ
وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ Sesungguhnya Nabi shollahu ‘alahi wa alihi wa
sallam qunut pada shalat Subuh .Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
dalam Al Mushonnaf 2/104 no.7003 dan disebutkan pula oleh imam Al Maqdasy dalam
Al Mukhtarah 6/129.emudian sebagian para ‘ulama syafi’iyah menyebutkan bahwa
hadits ini mempunyai beberapa jalan-jalan lain yg menguatkannya maka mari kita
melihat jalan-jalan tersebut :Jalan Pertama : Dari jalan Al-Hasan Al-Bashry
dari Anas bin Malik beliau berkata :قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ
وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ
حَتَّى فَارَقْتُهُمْ Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam Abu
Bakar ‘Umar dan ‘Utsman dan saya menyangka dan keempat sampai saya berpisah
denga mereka .Hadits ini diriwayatkan dari Al Hasan oleh dua orang rawi
:Pertama : ‘Amru bin ‘Ubaid. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy dalam Syarah Ma’ani
Al Atsar 1/243 Ad-Daraquthny 2/40 Al Baihaqy 2/202 Al Khatib dalam Al Qunut dan
dari jalannya Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At-Tahqiq no.693 dan
Adz-Dzahaby dalam Tadzkiroh Al Huffazh 2/494.
Dan ‘Amru bin ‘Ubaid ini adl gembong kelompok sesat Mu’tazilah
dan dalam periwayatan hadits ia dianggap sebagai rawi yg matrukul hadits .Kedua
: Isma’il bin Muslim Al Makky dikeluarkan oleh Ad-Da raquthny dan Al Baihaqy.
Dan Isma’il ini dianggap matrukul hadits oleh banyak orang imam. Baca :
Tahdzibut Tahdzib.Catatan :Berkata Al Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya :
Menceritakan kepada kami Ja’far bin Mihr on menceritakan kepada kami ‘Abdul
Warits bin Sa’id menceritakan kepada kami Auf dari Al Hasan dari Anas beliau
berkata :صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ Saya sholat
bersama Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam maka beliau terus-
menerus qunut pada sholat Subuh sampai saya berpisah dgn beliau .Riwayat ini
merupakan kekeliruan dari Ja’far bin Mihron sebagaimana yg dikatakan oleh imam
Adz-Dzahaby dalam Mizanul I’tidal 1/418. Karena ‘Abdul Warits tidak
meriwayatkan dari Auf tapi dari ‘Amru bin ‘Ubeid sebagaiman dalam riwayat Abu
‘Umar Al Haudhy dan Abu Ma’mar – dan beliau ini adl orang yg paling kuat
riwayatnya dari ‘Abdul Warits-.Jalan kedua : Dari jalan Khalid bin Da’laj dari
Qotadah dari Anas bin M alik :صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ
Saya sholat di belakang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam lalu
beliau qunut dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman
lalu beliau qunut .Dikeluarkan oleh Al Baihaqy 2/202 dan Ibnu Syahin dalam
Nasikhul Hadi ts wa Mansukhih no.219. Hadits di atas disebutkan oleh Al Baihaqy
sebagai pendukung utk hadits Abu Ja’far Ar- Rozy tapi Ibnu Turkumany dalam Al
Jauhar An Naqy menyalahkan hal tersebut beliau berkata : Butuh dilihat keadaan
Khalid apakah bisa dipakai sebagai syahid atau tidak krn Ibnu Hambal Ibnu Ma’in
dan Ad-Daruquthny melemahkannya dan Ibnu Ma’ in berkata di : laisa bi syay`in
dan An-Nasa`i berkata : laisa bi tsiqoh {bukan tsiqoh}. Dan tidak seorangpun
dari pengarang Kutubus Sittah yg mengeluarkan haditsnya. Dan dalam Al-Mizan Ad
Daraquthny mengkategorikannya dalam rowi-rowi yg matruk.Kemudian yg aneh di
dalam hadits Anas yg lalu perkataannya Terus-menerus beliau qunut pada sholat
Subuh hingga beliau meninggalkan dunia itu tidak terdapat dalam hadits Khal id.
Yang ada hanyalah beliau ‘alaihis Salam qunut dan ini adl
perkara yg ma’ruf . Dan yg aneh hanyalah terus-menerus melakukannya sampai
meninggal dunia. Maka di atas anggapan dia cocok sebagai pendukung bagaimana
haditsnya bisa dijadikan sebagai syahid .Jalan ketiga : Dari jalan Ahmad bin
Muhammad dari Dinar bin ‘Abdillah dari Anas bin Malik :مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى
مَاتَ Terus-menerus Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa Sallam qunut
pada sholat Subuh sampai beliau meninggal .Dikeluarkan oleh Al Khatib dalam Al
Qunut dan dari jalannya Ibnul Jauzy dalam At-Tahq iq no.
695.Ahmad bin Muhammad yg diberi gelar dgn nama Ghulam Khalil
adl salah seorang pemalsu hadits yg terkenal. Dan Dinar bin ‘Abdillah kata Ibnu
‘Ady : Mungkarul hadits . Dan berkata Ibnu Hibba n : Ia meriwayatkan dari Anas
bin Malik perkara- perkara palsu tidak halal dia disebut di dalam kitab kecuali
utk mencelanya .Kesimpulan pendapat pertama:Jelaslah dari uraian diatas bahwa
seluruh dalil-dalil yg dipakai oleh pendapat pertama adl hadits yg lemah dan
tidak bisa dikuatkan.Kemudian anggaplah dalil mereka itu shohih bisa dipakai
berhujjah juga tidak bisa dijadikan dalil akan disunnahkannya qunut subuh
secara terus-menerus sebab qunut itu secara bahasa mempunyai banyak pengertian.
Ada lbh dari 10 makna sebagaimana yg dinukil oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dari
Al-Iraqi dan Ibnul Arabi.1} Doa2} Khusyu’3} Ibadah4} Taat5} Menjalankan
ketaatan.6} Penetapan ibadah kepada Allah7} Diam8} Shalat9} Berdiri10} Lamanya
berdiri11} Terus menerus dalam ketaatanDan ada makna-makna yg lain yg dapat
dilihat dalam Tafsir Al-Qurthubi 2/1022 Mufradat Al- Qur’an karya Al-Ashbahany
hal. 428 dan lain-lain.Maka jelaslah lemahnya dalil orang yg menganggap qunut
subuh terus-menerus itu sunnah.Dalil Pendapat KeduaMereka berdalilkan dgn
hadits Abu Hurairah riwayat Bukhary-Muslim :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حِيْنَ يَفْرَغُ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ مِنَ
الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ اَللَّهُمَّ أَنْجِ
اَلْوَلِيْدَ بْنَ الْوَلِيْدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِيْ
رَبِيْعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُُؤْمِنِيْنَ اَللَّهُمَّ اشْدُدْ
وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِيْ يُوْسُفَ اَللَّهُمَّ
الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَتِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أَنْزَلَ : {{ لَيْسَ لَكَ مِنَ
الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ
ظَالِمُوْنَ }} Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam ketika
selesai membaca {surat dari rakaat kedua} di shalat Fajr dan kemudian bertakbir
dan mengangkat kepalanya berkata : Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal
hamdu lalu beliau berdoa dalaam keadaan berdiri.
Ya Allah selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid Salamah bin
Hisyam ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yg lemah dari kaum mu`minin. Ya
Allah keraskanlah pijakan-Mu atas kabilah Mudhar dan jadianlah atas mereka
tahun-tahun seperti tahun-tahun Nabi Yusuf. Wahai Allah laknatlah kabilah
Lihyan Ri’lu Dzakw an dan ‘Ashiyah yg bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian sampai kepada kami bahwa beliau meningalkannya tatkala telah turun
ayat : Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah
menerima taubat mereka atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yg zalim . Berdalilkan dgn hadits ini menganggap mansukh-nya qunut
adl pendalilan yg lemah karena dua hal :Pertama : ayat tersebut tidaklah
menunjukkan mansukh-nya qunut sebagaimana yg dikatakan oleh Imam Al-Qurthuby
dalam tafsirnya sebab ayat tersebut hanyalah menunjukkan peringatan dari Allah
bahwa segala perkara itu kembali kepada-Nya. Dialah yg menentukannya dan hanya
Dialah yg mengetahui perkara yg ghoib.Kedua : Diriwayatkan oleh Bukhary –
Muslim dari Abu Hurairah beliau berkata :وَاللهِ لَأَقْرَبَنَّ بِكُمْ صَلاَةَ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُوْ
هُرَيْرَةَ يَقْنُتُ فِي الظُّهْرِ وَالْعِشَاءِ الْآخِرَةِ وَصَلاَةِ الْصُبْحِ
وَيَدْعُوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ.Dari Abi Hurairah
radliyallahu `anhu beliau berkata : Demi Allah sungguh saya akan mendekatkan
utk kalian cara shalat Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam. Maka
Abu Hurairah melakukan qunut pada shalat Dhuhur Isya’ dan Shubuh. Beliau
mendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat utk orang-orang
kafir .Ini menunjukkan bahwa qunut nazilah belum mansu kh. Andaikata qunut
nazilah telah mansukh tentunya Abu Hurairah tidak akan mencontohkan cara sholat
Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dgn qunut nazilah .Dalil Pendapat KetigaSatu
: Hadits Sa’ad bin Thoriq bin Asyam Al-Asyja’iقُلْتُ لأَبِيْ : يَا أَبَتِ
إِنَّكَ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وآله وسلم وَأَبِيْ بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيَ رَضِيَ الله عَنْهُمْ هَهُنَا وَبِالْكُوْفَةِ
خَمْسَ سِنِيْنَ فَكَانُوْا بَقْنُتُوْنَ فيِ الفَجْرِ فَقَالَ : أَيْ بَنِيْ
مُحْدَثٌ . Saya bertanya kepada ayahku : Wahai ayahku engkau sholat di belakang
Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan di belakang Abu Bakar
‘Umar ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum di sini dan di Kufah selama 5 tahun
apakah mereka melakukan qunut pada sholat subuh ? . Maka dia menjawab : Wahai
anakku hal tersebut adl perkara baru . Dikeluarkan oleh Tirmidzy no. 402
An-Nasa`i no.1080 dan dalam Al-Kubro no.667 Ibnu Majah no.1242 Ahmad 3/472 dan
6/394 Ath-Thoy alisy no.1328 Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/101 no.6961
Ath-Thohawy 1/249 Ath-Thobarany 8/no.8177-8179 Ibnu Hibban sebagaimana dalam
Al-Ihs an no.1989 Baihaqy 2/213 Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98 Ibnul
Jauzy dalam At-Tahqiq no.677-678 dan Al-Mizzy dalam Tahdzibul Kam al dan
dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil no.435 dan syeikh Muqbil
dalam Ash-Shohih Al- Musnad mimma laisa fi Ash-Shoh ihain.Dua : Hadits Ibnu
‘Umarعَنْ أَبِيْ مِجْلَزِ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ اِبْنِ عُمَرَ صَلاَةَ
الصُّبْحِ فَلَمْ يَقْنُتْ . فَقُلْتُ : آلكِبَرُ يَمْنَعُكَ قَالَ : مَا
أَحْفَظُهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِيْ . Dari Abu Mijlaz beliau berkata : saya
sholat bersama Ibnu ‘Umar sholat shubuh lalu beliau tidak qunut. Maka saya berkata
: apakah lanjut usia yg menahanmu . Beliau berkata : saya tidak menghafal hal
tersebut dari para shahabatku . Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy 1¦ Al-Baihaqy 2‹
dan Ath-Thabarany sebagaimana dalam Majma’ Az-Zawa’id 2_ dan Al-Haitsamy
berkata : rawi-rawinya tsiqoh .Ketiga : tidak ada dalil yg shohih menunjukkan
disyari’atkannya mengkhususkan qunut pada sholat shubuh secara
terus-menerus.Keempat : qunut shubuh secara terus-menerus tidak dikenal
dikalangan para shahabat sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Umar diatas bahkan
syaikul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata : dan demikian pula
selain Ibnu ‘Umar dari para shahabat mereka menghitung hal tersebut dari
perkara-perkara baru yg bid’ah .Kelima : nukilan-nukilan orang-orang yg
berpendapat disyari’atkannya qunut shubuh dari beberapa orang shahabat bahwa
mereka melakukan qunut nukilan-nukilan tersebut terbagi dua :1} Ada yg shohih
tapi tidak ada pendalilan dari nukilan-nukilan tersebut.2} Sangat jelas
menunjukkan mereka melakukan qunut shubuh tapi nukilan tersebut adl lemah tidak
bisa dipakai berhujjah.Keenam: setelah mengetahui apa yg disebutkan diatas maka
sangatlah mustahil mengatakan bahwa disyari’atkannya qunut shubuh secara
terus-menerus dgn membaca do’a qunut Allahummahdinaa fi man hadait…….sampai
akhir do’a kemudian diaminkan oleh para ma’mum andaikan hal tersebut dilakukan
secara terus menerus tentunya akan dinukil oleh para shahabat dengan nukilan yg
pasti dan sangat banyak sebagaimana halnya masalah sholat krn ini adalah ibadah
yg kalau dilakukan secara terus menerus maka akan dinukil oleh banyak para
shahabat. Tapi kenyataannya hanya dinukil dalam hadits yg lemah.Demikian
keterangan Imam Ibnul qoyyim Al-Jauziyah dalam Z adul Ma’ad.KesimpulanJelaslah
dari uraian di atas lemahnya dua pendapat pertama dan kuatnya dalil pendapat
ketiga sehinga memberikan kesimpulan pasti bahwa qunut shubuh secara
terus-menerus selain qunut nazilah adl bid’ah tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya. Wallahu a’lam.Silahkan lihat permasalahan ini
dalam Tafsir Al Qurthuby 4/200-201 Al Mughny 2/575-576 Al- Inshof 2/173 Syarh
Ma’any Al-Atsar 1/241-254 Al-Ifshoh 1/323 Al-Majmu’ 3/483-485 Hasyiyah Ar-Raud
Al Murbi’ : 2/197-198 Nailul Author 2/155-158 Majm u’ Al Fatawa 22/104-111 dan
Zadul Ma’ad 1/271-285
Sumber.www.an-nashihah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar