Hand Phone (HP) merupakan teknologi
zaman modern yang memancing perhatian dan kekaguman banyak kalangan. Betapa
tidak, dengan kecanggihan HP saat ini kita bisa melakukan apa saja. Mulai dari
memotret, merekam gambar video, internet, mendengar radio/ mp3, game, nonton
TV, melihat peta, video call, bahkan membayar rekening listrik dan transfer
uang bisa dilakukan lewat HP. Maha suci Allah yang telah menciptakan segala
sesuatu untuk kita.
Namun celakanya, HP mulai disalahgunakan. Seharusnya
HP digunakan dalam rangka taat kepada Allah, justru digunakan untuk
mendurhakai-Nya.
Di sana pula ada kedurhakaan yang dilakukan lewat HP. Sebagian
wanita telah berani berbicara mesra via HP dan SMS dengan laki-laki yang bukan
mahramnya. Mereka meremehkan maksiat yang mengubur rasa malu dan rasa cemburu.
Mereka menempuh jalan ini untuk menyebarkan kekejian. Jalan yang diperindah
oleh setan, tetapi diancam oleh Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Mulanya dari
telepon, berbicara biasa saja, lalu kata-kata jorok. Kemudian berakhir dengan
menodai kehormatan keluarga, mencoreng muka dan menyengsarakan jiwa segenap
keluarga.
Dengan adat jelek seperti ini, ia telah mendurhakai
agama dan keluarganya yang terhormat. Mengapa dia cepat-cepat ingin menikmati
kelezatan yang diharamkan? Seandainya dia mau bersabar, tentu ia akan
memperolehnya setelah pernikahan, di bawah ikatan syar’i yang bersih dan suci.
Sungguh dia telah melemparkan dirinya sendiri ke jalan yang penuh keraguan dan
syahwat saat ia meremehkan perintah-perintah Allah dan menganggap enteng
kemaksiatan. Ketahuilah, orang yang berbuat kemaksiatan kepada Allah tidak akan
tenang hidupnya, dan hatinya akan sempit. [Lihat Fathul Qodir
(3/560)]
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku,
maka baginya kehipan yang sempit…” (QS. Toha: 124)
Apa yang menyebabkanmu berani bercakap-cakap dengan
pemuda tersebut lewat HP? Padahal perkara itu tidak diperbolehkan dan tak
dibenarkan dalam agamamu?!. Itu hanyalah percakapan untuk sekedar
bersenang-senang dan memuaskan syahwat. Percakapan itu sudah cukup untuk
menyalakan api fitnah dan menggelorakan syahwat dalam hati. Percakapan itu cukup
memperdayakan keduanya dengan berbagai macam maksiat yang akan menambah
keduanya jauh dari Allah dan ridho-Nya. Percakapan itu mengundang kekejian yang
membuat Allah Yang Maha Pengasih menjadi murka. Dia telah melupan firman
Tuhannya,
“Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzab: 32)
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata
menafsirkan ayat ini, “Maknanya hal ini, seorang wanita berbicara (di balik
tirai dan penghalang, -pent) dengan orang lain dengan ucapan yang di dalamnya
tak terdapat kemerduan suara, yakni seorang wanita tidak berbicara dengan orang
lain sebagaimana ia berbicara dengan suaminya (dengan penuh kelembutan)”. [Lihat
Tafsir Al-Qur'an Al-Karim (3/636)]
Jadi, seorang lelaki atau wanita terlarang untuk
saling menggoda, merayu, dan bercumbu dengan ucapan-ucapan yang membuat salah
satu lawan jenis tergoda, dan terbuai sehingga pada gilirannya membuka jalan menuju
zina, baik itu zina kecil (seperti memandang, saling memikirkan, dan lainnya),
maupun zina besar !! Olehnya, kami nasihatkan agar para wanita jangan berani
berbicara dengan kaum lelaki, kecuali ada hajat yang mendesak, dan berbicara
dengan biasa-biasa saja, tanpa suara merdu atau kata-kata yang tak layak.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda,
وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الْاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ
“Kedua telinga zinanya adalah mendengar, dan lidah
(lisan) zinanya adalah berbicara”. [HR. Al-Bukhoriy (5889) dari Ibnu Abbas, dan Muslim
(2657) dari Abu Hurairah]
Wahai lelaki dan wanita yang tertipu oleh setan,
kalian telah berusaha keras dan mengorbankan waktumu untuk menikmati
pembicaraan dengan sang kekasih, lalu berkhalwat (berduaan) dengannya dalam
suasana yang penuh bahaya, karena setan akan membisiki kalian tentang
angan-angan pembakar syahwat. Itu memang suatu kenikmatan, tetapi hanya
kenikmatan sesaat yang selanjutnya berakhir dengan penyesalan. Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
وَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ ؛ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang
perempuan, karena pihak ketiganya adalah setan”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad
(177). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shahihah (430)].
Keindahan dan keceriaan saat berduaan adalah ibarat
racun berbalut madu. Sebuah keindahan dan keceriaan yang akan menjerumuskan
engkau ke dalam jurang kehinaan dan kenistaan. Sungguh telah hilang muraqabatullah
(penjagaan diri karena merasa selalu diawasi oleh Allah) saat engkau menengok
ke kanan dan ke kiri pada setiap sudut kamar, lalu kamu kunci semua pintu dan
jendela. Selanjutnya engkau melakukan percakapan dengannya. Apakah engkau
mengira bahwa Allah tidak mengetahui, dan melihatmu? Demi Allah, tidaklah
demikian!! Allah melihatmu dan melihatnya, bahkan mendengarkan apa yang kalian
ucapkan.
Waspadalah dalam setiap detik nafasmu. Katahuilah,
berbuat maksiat akan mengakibatkan kita melihat maksiat itu menjadi sesuatu
yang baik dan tidak akan melihat keburukannya, sebab telah menjadi kebiasaan
dirinya. Bila seseorang melakukan maksiat berulang kali, tanpa jera dan taubat,
maka akan mengakibatkan matinya hati. Allah -Ta’ala- berfirman,
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”. (QS. Al-Muthaffifin: 14).
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكْتَتْ فِيْ قَلْبِهِ نُكْتَةً
سَوْدَاءَ, فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ
عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ
“Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan suatu dosa,
maka dosa itu menjadi titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan
mencabut serta berpaling (dari perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika ia
mengulanginya, maka titik hitam itupun bertambah hingga memenuhi hatinya.” [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya
(3334), dan Ibnu Majah Sunan-nya (4244). Hadits ini di-hasan-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (1620)]
Wahai saudaraku, sampai kapankah engkau mau terus
berada dalam kubangan kemaksiatan? Berlumuran dengan dosa, mendurhakai Rabb
yang telah menciptakanmu dan memberi segala apa yang engkau butuhkan di dalam
kehidupan ini.
Apakah engkau tidak berpikir? Allah -Azza wa Jalla-
telah memberikan kepadamu kesehatan, harta benda, anak-anak dan segala
kebutuhan yang lainnya, lalu engkau menggunakannya untuk durhaka dan bermaksiat
kepadanya?
Al-Imam Abul Faraj Abdur Rahman Ibnul Jauziy -rahimahullah- berkata,
“Seyogyanya bagi setiap orang yang memiliki hati, dan pikiran agar khawatir
terhadap akibat maksiat, karena tidak ada hubungan kerabat, dan
silaturrahni antara seorang anak Adam dengan Allah. Allah hanyalah Penegak dan
Pemutus keadilan… Jika hendak menyiksa seseorang, maka Allah akan menyiksanya,
dengan siksaan yang masih dianggap ringan. Maka takut dan khawatirlah kalian.
Sunnguh aku telah menyaksikan beberapa kaum dari kalangan orang-orang yang
hidup mewah bergelimang dalam kezhaliman dan maksiat, yang tersembunyi maupun
yang nampak.… Takutlah kepada Allah, senantiasalah kalian merasa diawasi
oleh Allah”. [Lihat Shoid Al-Khothir (hal. 195-196)]
Orang yang terbiasa dengan maksiat menjadi tak tahu
kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, karena hati telah tertutup oleh
noda-noda maksiat.
Saudariku, janganlah engkau tertipu dengan bujuk rayu
setan manusia dan jin. Sebab setan mengetahui bahwa kalian adalah makhluk yang
kurang akal dan iman. Janganlah terpedaya, walaupun ia berdalih hanya untuk
meminta nasihat kepadamu atau memberi nasihat kepadamu. Apakah engkau
mengira bahwa nasihat yang terjadi antara seorang pemuda dengan seorang gadis
melalui telpon akan bermanfaat?! Tidak, sama sekali tidak!! Sedikit demi
sedikit “nasihat” itu akan berubah kepada sesuatu yang lain, karena kata orang,
“Ada udang di balik batu”. Berubah menjadi suatu kecondongan hati
lalu kepada ketergantungan, selanjutnya pertemuan dan akhirnya akan
terjadi sesuatu yang akibatnya tak terpuji. Jika nasihatmu itu benar-benar
bermanfaat untuknya, tentu ia tidak lagi menghubungimu lewat telepon dan ia
akan takut kepada Allah. Tetapi itu adalah langkah pertama setan yang
diprogramkan untukmu; selanjutnya beralih kepada yang lebih jauh dari itu.
Maafkanlah kami, jika dalam beberapa ungkapan yang
kami lontarkan ini cukup keras, apa adanya dan menyakitkan. Tetapi percayalah,
ini demi kebaikan kita semua. Terkadang ungkapan-ungkapan seperti itu, dalam
kesempatan-kesempatan tertentu diperlukan. Siapa tahu, ia bisa membangunkan
hati yang sedang tertidur dan menggerakkan hati yang sedang lengah. Nasihat itu
ibarat obat yang pahit, tapi besar manfaatnya.
Kami nasihatkan –khususnya, pemuda & pemudi-
agar tidak meremehkan masalah ini. Sebab hal ini akan merusak agamamu dan
mencelakakan dirimu. Allah -Ta’ala- berfirman,
“Tetapi kamu mencelakakan diri kamu sendiri dan
menunggu (kehancuran) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong”. (QS. Al-Hadid: 14)
Anda sekarang berada di masa muda, “masa penuh
bunga”, kata orang. Berikanlah masa mudamu untuk Allah dan jangan engkau
berikan masa mudamu untuk setan. Demi Allah, engkau akan ditanya tentangnya.
Kedua telapak kakimu tidak akan bergeser pada hari kiamat, sebelum engkau
menjawab lima hal, di antaranya masa muda.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
bersabda,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ
حَتَّى يُسْئَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ, وَعَنْ شَبَابِهِ
فِيْمَ أَبْلاَهُ, وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ,
وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
“Tak akan bergeser kaki anak cucu Adam pada hari
kiamat dari sisi Robb-nya sampai ia ditanyai tentang lima perkara: tentang
umurnya, dimana ia habiskan; tentang masa mudanya, dimana ia gunakan; tentang
hartanya, dari mana ia dapatkan, dan dimana ia infaqkan; apa yang ia amalkan
sebagaimana yang ia ketahui”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya
(2416). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah
(946)]
Karena itu, mamfaatkanlah masa mudamu di atas ketaatan
dan ibadah kepada Allah -Ta’ala- sehingga engkau medapatkan lindungan
Allah di Padang Mahsyar sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam-,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ: الإِمَامُ الْعَادِلُ, وَشَابٌّ
نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi oleh Allah
dalam naungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada
Rabb-Nya…”. [HR.
Al-Bukhoriy (639) dan Muslim (1031)]
Karena itu, hendaklah engkau bersungguh-sungguh dan
bersabar. Tinggalkanlah hawa nafsu karena Allah sehingga engkau mendapat
hidayah. Dengan pertolongan Allah, akan terbit fajar keimanan dan
kegelapan-kegelapan maksiat akan sirna. Ingatlah selalu firman Allah,
“Dan orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari
keridhoan Kami, benar-benar kami akan menunjukkan jalan Kami”. (QS. Al-Ankabut: 69)
Ketahuilah jika engkau sungguh-sungguh bertaubat,
Allah benar-benar tidak akan mengecewakanmu, sebab Dia Maha Pengasih lagi Maha
Pengampun. Allah akan menutupi aib masa lalumu. Dengan izin Allah, setan tidak
akan bisa menguasaimu.
“Siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dengan keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik”. (QS. An-Nahl: 97)
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit : Pustaka Ibnu
Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto
Marannu, Gowa-Sulsel. Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah
Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk
berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar